Hidrometalurgi
merupakan salah satu cabang tersendiri dari metalurgi. Secara harfiah hidrometalurgi
dapat diartikan sebagai cara pengolahan logam dari batuan atau bijihnya dengan
menggunakan pelarut berair (aqueous solution) atau secara detailnya proses hidrometalurgi
adalah suatu proses yang menggunakan pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk
dapat melarutkan suatu partikel tertentu. Reaksi
kimia yang dipilih biasanya yang sangat selektif. Artinya hanya metal yang
diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari
material yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam pengolahan
hidrometalurgi dapat berupa asam atau senyawa pengompleks. Metode
hidrometalurgi memiliki beberapa keuntungan, yaitu biaya pengolahan yang
rendah, rekoveri yang tinggi, proses pengolahan relatif mudah, investasi alat
yang rendah sehingga memungkinkan percepatan proses produksi, dan proses
pengolahan yang relatif lebih singkat. Penggunaan metode hidrometalurgi juga
memiliki kelemahan, yaitu dibutuhkan reagen pereaksi yang cukup banyak dan
kapasitas produksinya kecil.Sehingga diperlukan optimalisasi agar diperoleh
hasil yang maksimal.Beberapa faktor yang mempengaruhi metode
hidrometalurgi antara lain suhu selama proses roasting, konsetrasi reaktan,
ukuran partikel sampel dan pH. Apabila kombinasi dari faktor-faktor tersebut
tepat, maka proses hidrometalurgi akan optimal (pehlke,
1973).
Secara garis besar, proses hidrometalurgi terdiri dari tiga
tahapan yaitu leaching atau pengikisan logam dari batuan dengan bantuan reagen, pemekatan larutan
hasil leaching dan pemurniannya, recovery
yaitu pengambilan logam dari larutan hasil leaching.
Leaching adalah proses pelarutan
selektif yang
hanya logam-logam tertentu yang dapat larut. Pelarut
akan melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan
dapat diperoleh. Pemilihan metode pencucian tergantung pada kandungan logam berharga
dalam bijih dan karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dicuci oleh reagen kimia
tertentu.
Secara umum dua proses utama untuk ekstraksi dan
meningkatkan kadar TiO2 dalam pasir besi dengan metode
hidrometalurgi, yaitu leaching dengan
asam sulfat maupun asam klorida. Proses sulfat tergolong panjang, mahal, dan
limbah besi sulfat kurang bernilai ekonomis. Proses leaching bertujuan untuk memecahkan bijih atau konsentrat dari
bahan yang akan diekstraksi untuk memisahkan atau menghasilkan mineral
berharga. Selain itu proses ini juga mudah melarutkan zat dalam bijih atau
konsentrat sehingga akan didapatkan bentuk konsentrat yang kaya logam berharga.
Proses yang
umumnya dipakai untuk mendapatkan TiO2 dalam
pasir besi atau mineral ilmenit adalah proses hidrometalurgi yang terdiri atas
proses klorinasi dan sulfat. Pada proses ini, digunakan reagen asam kuat dalam
jumlah besar sehingga tidak ekonomis. Metode lain yang baru dikembangkan untuk
ekstraksi TiO2 dari pasir besi adalah kombinasi proses pirometalurgi
dan hidrometalurgi. Proses pirometalurgi pada prinsipnya adalah proses kaustik.
Proses ini menggantikan proses dekomposisi dengan proses sulfat atau klorinasi.
Proses kaustik ini adalah proses dekomposisi dengan menggunakan soda ditambah
dengan perlakuan roasting. Roasting merupakan proses yang bertujuan
untuk mereduksi pengotor atau bahan yang tidak diinginkan.
Sebelum
dicuci ukuran sampel diperhalus dengan crushing
atau grinding. Proses grinding ialah mereduksi ukuran dari bijih yang berukuran halus
menjadi ukuran sangat halus (biasa disebut dengan mill). Didalam beberapa pemurnian, perlakuan kimia terkadang
dibutuhkan untuk menghasilkan keadaan optimum recovery.