Senin, 12 Desember 2011

percobaan efek fotolistrik



ABSTRAK
Luthfiana Dysi S.*), Prastyowati B.*), Artika Kusuma R. *), Riski Putra P.*)
*) S1 Program Studi Fisika, Universitas Airlangga

Percobaan efek fotolistrik memiliki tujuan dalam menentukan ketetapan planck (h = 6,62618 x 10-34) dan tenaga kinetic maksimum foto elektron, menentukan fungsi kerja sel foto dan mempelajari efek fotolistrik secara eksperimen. Efek fotolistrik sendiri merupakan peristiwa loncatan elektron dari suatu filter karena pengaruh cahaya yang datang. Energy kinetic elektron dapat diketahui dari potensial penghenti Vo melalui hubungan eVo - Emax – ½ mv2max. Dengan hubungan energy kuantum planck dapat diperoleh nilai tetapan planck h (E – h ). Sehingga dapat diketahui bahwa nilai energy kinetic merupakan selisih total energy cahaya dan energy ambang batas persamaan Ek – h - o. Hasil eksperimen yang didapatkan
untuk intensitas 1 sebesar, untuk intensitas 2 nilai
, intensitas 3 mempunyai nilai  dan untuk nilai intensitas terakhir didapatkan .

PEMBAHASAN
Pada eksperimen ini dilakukan percobaan efek fotolistrik, Gejala foto listrik adalah munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang bermuatan negatif dari permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari dengan berkas cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi tertentu. Dalam eksperimen ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus dimana tujuan umum eksperimen fotolistrik adalah untuk membuktikan adannya dualisme partikel gelombang dan mengerti tentang eksperimen fotolistrik, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menentukan fungsi kerja (work function) sel foto (photo cell) , dan menentukan nilai tetapan Planck dan tenaga kinetik maksimum foto elektron.
Sinar katoda merupakan elektron yang diemisikan oleh permukaan logam (katoda). Jika beberapa dari elektron ini mencapai anoda (lubang) maka arus akan diukur pada daerah eksperimen. Jumlah elektron yang mencapai anoda dapat berkurang atau bertambah bergantung dari beda potensial antara anoda dan katoda. Menurut Lenard, nilai maksimum dari arus sebanding dengan intensitas cahaya dan ketika intensitas yang digunakan terlalu rendah maka tidak ada elektron yang diemisikan dari permukaan logam.
Ketika mendapatkan besarnya tegangan penghenti dari masing-masing frekuensi cahaya, didapatkan arus listrik tertentu. Tegangan penghenti ini tidak bergantung dari intensitas cahaya yang datang. Hal ini bisa dijelaskan bahwa energi cahaya terdiri dari kuanta diskrit yang memiliki energi sebesar hf. Jika salah suatu ketika foton mengenai permukaan katoda, energinya akan diberikan seluruhnya pada elektron. Usaha elektron untuk bisa lepas dari permukaan logam akibat dari diberikannya energi oleh foton disebut sebagai fungsi kerja.
Secara teori, tegangan penghenti tidak terpengaruh dari intensitas cahaya yang diberikan. Harusnya dalam keadaan redup, sedang, dan terang besarnya tegangan penghenti sama besar. Tapi dari hasil eksperimen justru berubah semakin besar tiap penambahan intensitas. Hasil kurang sesuai dengan teori yang diakibatkan oleh kurang teliti pengamat saat mengatur galvanometer agar tepat tegangan yang ditunjuk nol.
Sinar yang dipancarkan pada katoda dapat menyebabkan elektron keluar dan meninggalkan katoda. Karena katoda dihubungkan dengan kutub positif dan anoda dengan kutub negatif, maka potensial anoda lebih rendah daripada potensial katoda sehingga electron akan tertarik ke anoda. Aliran elekteron ini  merupakan arus listrik. Jika potensial cukup besar, dapat menyebabkan electron tak dapat sampai ke anoda. Beda potensial yang tepat akan menahan pancaran electron yang disebut stopping potential (Vo). Pada keadaan ini berarti energi kinetik maksimum electron yang dipancarkan tepat sama dengan beda potensial listrik electron antara anoda dan katoda, jumlah electron yang mencapai anoda dapat berkurang atau bertambah bergantung pada beda potensial antara anoda dan katoda.
Dalam eksperiment ini kita menggunakan filter dimana fungsi filter itu sendiri ialah agar cahaya tidak masuk atau sebagai penghalang, dan ada 3 filter dengan panjang gelombang yang berbeda yaitu: merah== 5769,59Å, kuning== 5460,74Å, hijau = 4347,5Å. Semakin besar nilai dari arus maka semakin besar pula frekuensinya hal ini disebabkan karena medan elektriknya bertambah sehingga mengakibatkan pemancaran electron juga akan ikut bertambah dimana sesuai dengan data hasil eksperiment.


Sabtu, 19 Februari 2011

test hematokrit digital


A.  JUDUL
Alat Test Hematokrit Digital (THD) Sebagai Alat Pendeteksi Pasien Demam Berdarah.
B.       LATAR BELAKANG
Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah, dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini.
        Penyakit Demam Berdarah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau thypus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ( RSCM ) menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau thypus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patogenesa, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang ( laboratorium ) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timor telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Dengan melihat dari vektor nyamuk tersebut, masyarakat sangat memerlukan alat untuk mengontrol kesehatan masyarakat. Melihat dari gejala klinis penyakit DBD, masyarakat sering melakukan cek di laboratorium secara berkala dengan biaya yang bisa dikatakan diatas jangkauan masyarakat. Cek laboratorium memang akurat tetapi dilakukan tidak secara kontinyu, hal ini jelas tidak mampu mengontrol bagaimana keadaan klinis dalam tubuh penderita. Dari masalah ini, ditawarkan suatu konsep alat untuk mengontrol keadaan klinis tubuh penderita, alat ini dinamakan Test Hematokrit Digital ( THD ). Alat ini menggunakan prinsip kontrol kecepatan aliran darah, kecepatan aliran darah penderita DBD menjadi lebih cepat dari normal, alat ini memiliki sensor / transduser yang mendeteksi bagaimana pola kecepatan aliran darah pada pasien DBD. Dengan alat ini, gejala klinis pada penderita dapat dikontrol secara kontinyu, bagaimana perkembangan kesehatan pada penderita DBD.
2
 
 

C.  Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah cara mengetahui kekentalan aliran darah dengan Test Hematorkit Digital ( THD ) sebagai salah satu manifestasi klinis pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) ?

D.  Tujuan kegiatan
1.        Untuk mengetahui kekentalan aliran darah dengan Test Hematokrit Digital (THD).

E.  Luaran yang Diharapkan
Target Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut.
a)   Training metode THD  
Training ini dilakukan kepada praktisi laboratorium klinis dan rumah sakit.

b)  Pembuatan dan Pemasangan Alat THD
Pembuatan dan pemasangan THD dilakukan langsung oleh pihak mitra yang berkerja sama dengan kita.

F.   Kegunaan
a)             Bagi Mahasiswa
Pengembangan teknologi dibidang kesehatan agar mempermudah diagnosa dari penyakit DBD yang disebabkan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b)            Bagi Masyarakat
Memberikan wacana baru tentang teknologi dibidang kesehatan untuk diagnosisi dini penyakit DBD yang tidak invasif.

c)             Bagi Pemerintah
Sebagai salah satu solusi altenatif early diagnostic atau diagnostik dini penyakit DBD sehingga mempermudah penanganan DBD secara akurat